Keindahan dan Keanekaragaman Lagu Banjar: Warisan Budaya Masyarakat Banjar
Kemalangaja.com - Lagu Banjar, atau lagu-lagu berbahasa Banjar, adalah salah satu bentuk seni budaya yang kaya akan nilai tradisional masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Seni musik ini tidak hanya menjadi media hiburan, tetapi juga sarana untuk melestarikan identitas, sejarah, dan kearifan lokal masyarakat Banjar. Dalam perkembangannya, lagu Banjar terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain Lagu Rantauan, Lagu Pandahan, dan Lagu Pasisiran. Ketiganya memiliki karakteristik unik yang mencerminkan latar belakang geografis, fungsi sosial, serta pengaruh budaya yang melingkupinya. Selain itu, lirik lagu Banjar sering kali mengandung pesan moral, cerita rakyat, atau refleksi kehidupan sehari-hari yang membuatnya semakin menarik untuk dipelajari.
![]() |
Keindahan dan Keanekaragaman Lagu Banjar |
Jenis-Jenis Lagu Banjar
Lagu (Pantun) Rantauan
Lagu Rantauan adalah jenis lagu Banjar yang berkembang di
sepanjang tepian sungai, terutama di daerah Banjar Kuala. Ciri khasnya adalah
alunan melodi yang bergelombang-gelombang, mirip dengan gelombang sungai, serta
nada yang penuh kesedihan seolah-olah meratapi nasib. Salah satu ciri utamanya
adalah teknik mangancang, yaitu melengking tinggi sambil mengekspresikan
perasaan sedih tanpa tujuan tertentu. Hal ini membedakan Lagu Rantauan dengan
Lagu Pasisiran, yang juga menggunakan teknik mangancang tetapi memiliki maksud
atau tujuan tertentu.
Lirik lagu Banjar dari jenis Rantauan sering kali bercerita
tentang perjuangan hidup, kerinduan kepada kampung halaman, atau kegelisahan
hati. Tema-tema ini sangat relevan dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di
tepian sungai, di mana mereka sering kali harus menghadapi tantangan alam dan
sosial. Misalnya, ada banyak kumpulan lirik lagu Banjar yang menceritakan
tentang perjalanan para pedagang sungai yang meninggalkan keluarga demi mencari
nafkah.
Lagu (Pantun) Pandahan
Jenis lagu ini berasal dari Hulu Sungai, khususnya wilayah
Kota Rantau hingga Tanjung, dan dikenal juga sebagai Lagu Tirik. Nama
"Pandahan" sendiri merujuk pada aktivitas ma-irik banih, yaitu
memisahkan bulir-bulir padi dari tangkainya dengan cara diinjak-injak saat
panen. Lagu ini biasanya dinyanyikan secara baturai (bersahut-sahutan atau
berbalas), dengan kata akhir sebuah bait dipakai kembali sebagai awal bait
berikutnya. Contoh lagu Pandahan yang terkenal adalah Paris Barantai , ciptaan
H. Anang Ardiansyah. Musik pengiringnya sering kali menggunakan alat musik
seperti babun (gendang), rebab, dan terbang, yang memberikan nuansa yang
dinamis dan sesuai dengan aktivitas kuntau (silat).
Lirik lagu Banjar dari jenis Pandahan umumnya bersifat
interaktif dan mengandung unsur humor atau petuah bijak. Banyak kumpulan lirik
lagu Banjar dari genre ini yang digunakan untuk menyemangati para pekerja di
sawah atau ladang. Liriknya sering kali ringan namun sarat makna, sehingga
mudah diingat oleh pendengarnya.
Lagu (Pasisiran)
Sementara itu, Lagu Pasisiran berkembang di daerah pesisir,
seperti Kota Baru (Sigam). Ciri khasnya adalah melodi yang melengking-lengking
dengan nada tinggi, yang dipengaruhi oleh budaya Bugis. Lagu ini sering
digunakan sebagai pengiring tari Japin Sigam, yang dikenal dengan gerakan
kapincalan (hentakan kaki). Salah satu contohnya adalah lagu Intan Marikit ,
ciptaan Agit Kursani. Dalam pengiringan musik, tamborin dan biola sering
ditambahkan, mencerminkan pengaruh budaya Arab.
Lirik lagu Banjar dari jenis Pasisiran sering kali bernuansa
romantis atau heroik. Tema-tema ini cocok dengan suasana pesisir yang penuh
dengan keindahan alam dan kegiatan maritim. Banyak kumpulan lirik lagu Banjar
dari genre ini yang menggambarkan kegembiraan, keberanian, atau kecintaan
terhadap laut.
Musik Panting: Alat Musik Pengiring Tradisional
Ketiga jenis lagu Banjar tersebut termasuk dalam kategori
Musik Panting. Dalam versi aslinya, musik panting hanya menggunakan tiga alat
musik, yaitu panting (sejenis gambus), babun (gendang), dan agung (gong).
Namun, di daerah rantauan yang dipengaruhi budaya Arab-Indonesia, alat musik
seperti kaprak dan tamborin sering ditambahkan. Penambahan alat musik ini
disesuaikan dengan fungsinya, misalnya bunyi gendang yang menghentak-hentak
sangat cocok untuk mengiringi ba-kuntau (silat), sedangkan tamborin dan biola
lebih sesuai untuk mengiringi tarian Japin.
Musik Panting bukan hanya sekadar pengiring lagu, tetapi
juga mencerminkan jiwa dan karakter masyarakat Banjar. Melalui kombinasi alat
musik tradisional dan modern, musik panting berhasil mempertahankan esensinya
sebagai warisan budaya yang dinamis.
Irama dalam Lagu Banjar
Selain dikategorikan berdasarkan jenisnya, lagu Banjar juga
dibagi berdasarkan iramanya. Ada tiga jenis irama utama yang menjadi patron
dalam penciptaan lagu Banjar:
Dundam
Irama dundam memiliki nuansa agak sedih, seperti orang yang
manggarunum (bergumam). Irama ini sering digunakan dalam lagu-lagu yang
bertujuan untuk menidurkan anak dalam ayunan (timang Banjar) atau bercerita
tentang sejarah yang menyayat hati, seperti kisah Putri Junjung Buih. Contoh
lagu dengan irama dundam adalah Tatangis , ciptaan Hamiedan AC. Lirik lagu
Banjar dengan irama dundam biasanya bercerita tentang kesedihan mendalam,
kehilangan, atau perpisahan.
Madihin
Irama madihin digunakan dalam kesenian madihin, yaitu seni
sastra lisan yang disampaikan dengan iringan musik. Contoh lagunya adalah
Intingan wan Dayuhan , ciptaan H. Anang Ardiansyah. Lirik lagu Banjar dari
irama madihin sering kali mengandung humor, sindiran, atau pesan moral. Banyak
kumpulan lirik lagu Banjar dari genre ini yang menjadi favorit di acara-acara
hiburan tradisional.
Lamut
Irama lamut digunakan dalam kesenian ba-lamut, meskipun
informasi tentang jenis ini relatif lebih sedikit dibandingkan dua jenis
lainnya. Namun, lirik lagu Banjar dengan irama lamut sering kali bercerita
tentang kehidupan spiritual atau hubungan manusia dengan alam.
Lagu-Lagu Legendaris Banjar
Dua lagu yang menjadi kiblat dalam penciptaan lagu Banjar
adalah Ampar-Ampar Pisang dan Paris Barantai . Ampar-Ampar Pisang , ciptaan
Thamrin (tetapi dirilis oleh Hamiedan AC), serta Paris Barantai , ciptaan H.
Anang Ardiansyah, adalah dua lagu pertama yang direkam dan dikenal luas oleh
masyarakat. Popularitas kedua lagu ini menjadikannya tonggak penting dalam
perkembangan musik Banjar.
Lirik lagu Banjar dari kedua lagu ini sering kali menjadi
bahan pembelajaran bagi generasi muda yang ingin mempelajari seni musik
tradisional. Banyak kumpulan lirik lagu Banjar yang mencantumkan kedua lagu ini
sebagai contoh utama karena keindahan dan maknanya yang mendalam.
Peran Lirik Lagu Banjar dalam Pendidikan dan Pelestarian
Budaya
Lirik lagu Banjar memiliki peran penting dalam pendidikan
dan pelestarian budaya. Melalui lirik, nilai-nilai tradisional seperti gotong
royong, hormat kepada orang tua, dan cinta terhadap alam diajarkan kepada
generasi muda. Banyak sekolah di Kalimantan Selatan yang mengajarkan kumpulan
lirik lagu Banjar sebagai bagian dari kurikulum lokal untuk memperkenalkan
siswa pada kekayaan budaya mereka.
Selain itu, lirik lagu Banjar juga menjadi media dokumentasi
sejarah. Beberapa lagu menceritakan peristiwa penting dalam sejarah masyarakat
Banjar, seperti perang, migrasi, atau perjuangan melawan penjajah. Dengan
mempelajari lirik-lirik tersebut, generasi muda dapat memahami akar budaya
mereka secara lebih mendalam.
Tantangan dalam Pelestarian Lagu Banjar
Meskipun lagu Banjar memiliki nilai budaya yang tinggi,
keberadaannya saat ini menghadapi tantangan besar. Modernisasi dan globalisasi
telah menggeser minat masyarakat terhadap musik tradisional. Banyak anak muda
yang lebih tertarik pada musik populer daripada mempelajari lirik lagu Banjar
atau memainkan alat musik tradisional seperti panting.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah daerah dan
komunitas seniman Banjar telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah
dengan mengadakan festival musik tradisional, mendigitalkan kumpulan lirik lagu
Banjar , serta mempromosikan lagu Banjar melalui media sosial. Langkah-langkah
ini diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk kembali mencintai
warisan budaya mereka.